TREMATODA USUS
Makalah
Parasitologi
PRODI ANALIS KESEHATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALANGKARAYA
TAHUN 2015
KATA
PENGANTAR
Pertama-tama kami ingin mengucapkan rasa syukur pada Allah SWT, atas limpahan karunia, rahmat & hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan tugas makalah tentang “TREMATODA USUS (FASIOLA BUSKI)” dengan baik dan lancar.
Adapun
dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa penyusunan masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan
makalah-makalah selanjutnya.
Palangkaraya, 1 Mei 2015
Yanuardi Ikhsan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Morfologi dan siklus hidup
B. Patologi dan jenis klinis
C. Distribusi geografis
D. Diagnosa dan pengobatan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Trematoda (Cacing Daun) adalah cacing yang termasuk ke
dalam filum PLATYHELMINTES dan hidup sebagai parasit.
Berbagai hewan yang dapat berperan sebagai
hospes definitif cacing trematoda antara lain; kucing, anjing, kambing, sapi,
babi, tikus, burung, luak, harimau, dan manusia. Pada umumnya cacing trematoda ditemukan di RRC, Korea
, Japan, Filipiina,Thailand, Vietnam, Taiwan, India, dan Afrika.
Berbagai spesies ditemukan di Indonesia seperti Fasciolopsis buski di
Kalimantan, Echinostoma di Jawa dan Sulawesi,
serta Heterophyidae di jakarta.
Dalam membahas trematoda tentang
trematoda usus (fasiliopsis buski) dimana perlu di ketahui bahwa Trematoda usus
yang berperan dalam kedokteran adalah dari keluarga
fasciolidae,echinostomatidae dan heterophyidae. dalam daur hidup trematoda usus
tersebut,seperti pada trematoda lain,diperlukan keong sebagai hospes perantara
I,tempat mirasidium tumbuh menjadi sporokista ,berlanjut menjadi redia dan
serkaria.
Serkaria yang di bentuk dari redia
,kemudian melepaskan diri untuk keluar dari tubuh keong dan berenang bebas
dalam air.tujuan akhir serkario tersebut adalah hospes perantara II,yang dapat
berupa keong jenis yang lebih besar,bebrapa jenis ikan air tawar atau
tumbuh-tumbuhan air.
Manusia mendapatkan penyakit cacing daun karena memakan hospes perantara II yang tidak di masak sampai matang.
Manusia mendapatkan penyakit cacing daun karena memakan hospes perantara II yang tidak di masak sampai matang.
Cacing dewasa hidup di dalam tubuh hospes definitif. Telur
diletakkan di saluran hati, rongga usus, paru, pembuluh darah atau di jaringan tempat cacing hidup, dan telur
biasanyakeluar bersama tinja, dahak atau
urin. Pada umumnya telur berisi sel telur,hanya pada beberapa spesies telur
sudah mengandung mirasidium (M) yang mengandung bulu getar. Di dalam air telur
menetas bila sudah mengandungmirasidium (telur matang). Telur matang sekitar
2-3 minggu. Pada beberapaspesies termatoda, telur matang menetas bila
ditelan keong (hospes parantara)dan keluarlah mirasidium yang masuk ke dalam
jaringan keong.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Morfologi dan siklus hidup
Cacing
dewasa yang di temukan pada manusia mempunyai ukuran panjang 2-7,5cm dan lebar
0,8-2,0 cm. Bentuknya agak lonjong dan tebal. Biasanya kutikulum di tutupi
duri-duri kecil yang letaknya melintang. Duri-duri tersebut sering rusak karena
cairan usus.batil isap berukuran kira-kira ¼ ukuran batil isap perut. Saluran
pencernaan terdiri dari prefaring yang pendek, faring yang menggelembung,
eshofagusyang pendek, serta sepasang sekum yang tidak bercabang, dengan dua
indentansi yang khas. Dua buah testis yang bercabang cabang letaknya agak
tandem di bagian posterior dari cacing. Vitelaria letaknya lebih lateral dari
sekum, meliputi badan cacing setinggi batil isap perut sampai keujung badan.
Ovarium bentuknya agak bulat.
Uterus
berpangkal pada ootip, berkelok-kelok kearah anterior badan cacing, ukuran
bermuara pada atrium genital,pada sisi anterior batil isap perut.
Telur
berbentuk agak lonjong berdinding tipis transparan, dengan sebuah operculum
yang nyaris terlihat pada sebuah kutubnya, berukurang panjang 130-140 mikron
dan lebar 80-85 mikron. Setiap ekor cacing dapat mengeluarkan 5000-48000 betir
telur sehari. Telur-telur tersebut dalam air bersuhu 70 derajat sampai 32
derajat C, menetas setelah 3-7 minggu. Mirasidium yang bersilia keluar dari
telur yang menetas, berenang bebas dalam air untuk masuk ke dalam tubuh hospes
perantara I yang sesuai. Biasanya hospes perantara I tersebut adalah keong air
tawar, seperti genus Segmentina, Hippeutus dan Gyraulus. Dalam keong, mirasidum
tumbuh menjadi sporokista yang kemudian berpindah ke daerah jantung dan hati
keong.
Bila
sporokista matang menjadi koyak dan melepaskan banyak radia induk.dalam radia
di bentuk banyak radia anak,yang pada giliranya membentuk serkaria,sarkaria ini
seperti mirasidum yang dapat berenang bebas dalam air, berbentuk seperti
kecebong ,ekornya melurus dan meruncing pada ujungnya, berukurang kira-kira 500
mikron dengan badan agak bulat dengan berukuran 195 mikron x 145mikron. Badan
sarkaria ini mirip cacing dewasa yaitu mempunyai batil isap kepala dan batil
isap perut. Mirasidum atau serkaria yang dalam batas waktu tertentu belum
menemukan hospes, akan punah sendiri. Serkaria dapat berenang dengan ekornya,
atau merayap dengan menggunakan batil isap. Serkaria tidak menunjukan
kecenderungan memilih tumbuh-tumbuhan tertentu untuk tumbuh menjadi
metaserkaria yang berbentuk kista.
Tumbuh-tumbuhan
yang banyak di hinggapi metaserkaria adalah Trapa, Eliocharis, Eichornia dan
Zizania. Laporan peneliti-peneliti lain menyatakan bahwa tumbuh-tumbuhan
seperti Nymphoea lotus dan Ipomoea juga di hinggapi metaserkaria. Bila seorang
memakan tumbuh-tumbuhan air yang mengandung metaserkaria tanpa di masak sampai
matang, maka dalam waktu 25 sampai 30 hari metaserkaria tumbuh menjadi dewasa
dan dalam waktu 3 bulan di temukan telurnya dalam tinja.
B.
Patologi dan gejala klinis
Cacing
dewasa fasciolopsis buski, melekat denan perantara batil isap perut pada mukosa
usus muda seperti duodenum dan yeyenum. Cacing ini memakan isi usus, maupun
permukaan mukosa usus. Pada tempat pelekatan cacing tersebut terdapat
peradangan ,tukak (ulkus),maupun abses. Apabila terjadi erosi kapiler pada
tempat tersebut, maka timbul pendarahan.
Cacing dalam
jumlah besar dapat menyebabkan sumbatan yang menimbulkan gejala ileus akut.
Pada infeksi berat, gejala intoksikasi dan sensitisasioleh karena metabolic
cacing lebih menonjol, seperti adema pada muk, dinding perut dan tungkai bawah.
Kematian dapat terjadi karena keadaan merana (exhaustion) atau intoksikasi.
Gejala
klinis yang dini pada akhir masa inkubasi, adalah diare dan nyeri,uluhati
(epigastrium). Diare yang mulanya di selingi konstipasi, kemudian menjadi
persisten. Warna tinja menjadi hijau kuning, berbau busuk dan berisi makanan
yang tidak di cern. Pada beberapa pasien, nafsu makan cukup baik atau
berlebihan, walaupun ada yang mengalami gejala mual, muntah, atau tidak
memiliki selera (semua ini tergantung dari berat ringanya penyakit).
C.
Distribusi geografis
Fasciolopsis
buski adalah cacing trematoda yang sering di temukan pada manusia dan babi di
RRC. Cacing ini juga dilaporkan dari berbagai negara seperti Taiwan, Vietnam,
Thailand, India dan Indonesia.
D.
Diagnosis dan pengobatan
Sering
gejala klinis seperti di atas di dapatkan di suatu daerah pada ademi, cukup
untuk menunjukan adanya penderita fasiolopsiasis namun diagnosa pasti dengan
menemukan telur dalam tinja. Morfologi telur Fasciolopsis buski hendaknya dapat
bedakan dari telur cacing Fasciola hepatica, Gastrodiscoides hominis atau
Echinochasmusperfoliatus.
Obat-obatan untuk trematoda usus
hampir sama, yaitu tetrakloretilen, heksilresorsinol, dan praziquantel.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam membahas trematoda tentang
trematoda usus (fasiliopsis buski) dimana perlu di ketahui bahwa Trematoda usus
yang berperan dalam kedokteran adalah dari keluarga
fasciolidae,echinostomatidae dan heterophyidae. dalam daur hidup trematoda usus
tersebut,seperti pada trematoda lain,diperlukan keong sebagai hospes perantara
I,tempat mirasidium tumbuh menjadi sporokista ,berlanjut menjadi redia dan
serkaria.
Fasciolopsis
buski adalah cacing trematoda yang sering di temukan pada manusia dan babi di
RRC. Cacing ini juga dilaporkan dari berbagai negara seperti Taiwan, Vietnam,
Thailand, India dan Indonesia.
Cacing
dewasa yang di temukan pada manusia mempunyai ukuran panjang 2-7,5cm dan lebar
0,8-2,0 cm. Bentuknya agak lonjong dan tebal. Biasanya kutikulum di tutupi
duri-duri kecil yang letaknya melintang. Duri-duri tersebut sering rusak karena
cairan usus.batil isap berukuran kira-kira ¼ ukuran batil isap perut.
DAFTAR PUSTAKA
3.
Drs. Salim, Ahmad.”Teori Keperawatan dan Ilmu
kedokteran”. Bintang Timur. Jakarta selatan. Edisi ke 4. Tahun 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar