Rabu, 29 Juni 2016

TREMATODA USUS



TREMATODA USUS
Makalah Parasitologi






















PRODI ANALIS KESEHATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
TAHUN 2015

KATA PENGANTAR


Pertama-tama kami ingin mengucapkan rasa syukur pada Allah SWT, atas limpahan karunia, rahmat & hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan tugas makalah tentang “TREMATODA USUS (FASIOLA BUSKI)” dengan baik dan lancar.

Adapun dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa penyusunan masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya.





Palangkaraya, 1 Mei 2015


Yanuardi Ikhsan



























DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
B.      Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A.      Morfologi dan siklus hidup
B.      Patologi dan jenis klinis
C.      Distribusi geografis
D.     Diagnosa dan pengobatan
BAB III PENUTUP
A.      Kesimpulan
B.      Saran

DAFTAR PUSTAKA





























BAB I
PENDAHULUAN

Trematoda (Cacing Daun) adalah cacing yang termasuk ke dalam filum  PLATYHELMINTES dan hidup sebagai parasit. Berbagai hewan yang dapat berperan sebagai hospes definitif cacing trematoda antara lain; kucing, anjing, kambing, sapi, babi, tikus, burung, luak, harimau, dan manusia. Pada umumnya cacing trematoda ditemukan di RRC, Korea , Japan, Filipiina,Thailand, Vietnam, Taiwan, India, dan Afrika. Berbagai spesies ditemukan di Indonesia seperti Fasciolopsis buski di Kalimantan, Echinostoma di Jawa dan Sulawesi, serta Heterophyidae di jakarta.
Dalam membahas trematoda tentang trematoda usus (fasiliopsis buski) dimana perlu di ketahui bahwa Trematoda usus yang berperan dalam kedokteran adalah dari keluarga fasciolidae,echinostomatidae dan heterophyidae. dalam daur hidup trematoda usus tersebut,seperti pada trematoda lain,diperlukan keong sebagai hospes perantara I,tempat mirasidium tumbuh menjadi sporokista ,berlanjut menjadi redia dan serkaria.
Serkaria yang di bentuk dari redia ,kemudian melepaskan diri untuk keluar dari tubuh keong dan berenang bebas dalam air.tujuan akhir serkario tersebut adalah hospes perantara II,yang dapat berupa keong jenis yang lebih besar,bebrapa jenis ikan air tawar atau tumbuh-tumbuhan air.
Manusia mendapatkan penyakit cacing daun karena memakan hospes perantara II yang tidak di masak sampai matang.
Cacing dewasa hidup di dalam tubuh hospes definitif. Telur diletakkan di saluran hati, rongga usus, paru, pembuluh darah atau di jaringan tempat cacing hidup, dan telur biasanyakeluar bersama tinja, dahak atau urin. Pada umumnya telur berisi sel telur,hanya pada beberapa spesies telur sudah mengandung mirasidium (M) yang mengandung bulu getar. Di dalam air telur menetas bila sudah mengandungmirasidium (telur matang). Telur matang sekitar 2-3 minggu. Pada beberapaspesies termatoda, telur matang menetas bila ditelan keong (hospes parantara)dan keluarlah mirasidium yang masuk ke dalam jaringan keong.





BAB II
PEMBAHASAN


A.            Morfologi dan siklus hidup
Cacing dewasa yang di temukan pada manusia mempunyai ukuran panjang 2-7,5cm dan lebar 0,8-2,0 cm. Bentuknya agak lonjong dan tebal. Biasanya kutikulum di tutupi duri-duri kecil yang letaknya melintang. Duri-duri tersebut sering rusak karena cairan usus.batil isap berukuran kira-kira ¼ ukuran batil isap perut. Saluran pencernaan terdiri dari prefaring yang pendek, faring yang menggelembung, eshofagusyang pendek, serta sepasang sekum yang tidak bercabang, dengan dua indentansi yang khas. Dua buah testis yang bercabang cabang letaknya agak tandem di bagian posterior dari cacing. Vitelaria letaknya lebih lateral dari sekum, meliputi badan cacing setinggi batil isap perut sampai keujung badan. Ovarium bentuknya agak bulat.
Uterus berpangkal pada ootip, berkelok-kelok kearah anterior badan cacing, ukuran bermuara pada atrium genital,pada sisi anterior batil isap perut.
Telur berbentuk agak lonjong berdinding tipis transparan, dengan sebuah operculum yang nyaris terlihat pada sebuah kutubnya, berukurang panjang 130-140 mikron dan lebar 80-85 mikron. Setiap ekor cacing dapat mengeluarkan 5000-48000 betir telur sehari. Telur-telur tersebut dalam air bersuhu 70 derajat sampai 32 derajat C, menetas setelah 3-7 minggu. Mirasidium yang bersilia keluar dari telur yang menetas, berenang bebas dalam air untuk masuk ke dalam tubuh hospes perantara I yang sesuai. Biasanya hospes perantara I tersebut adalah keong air tawar, seperti genus Segmentina, Hippeutus dan Gyraulus. Dalam keong, mirasidum tumbuh menjadi sporokista yang kemudian berpindah ke daerah jantung dan hati keong.
Bila sporokista matang menjadi koyak dan melepaskan banyak radia induk.dalam radia di bentuk banyak radia anak,yang pada giliranya membentuk serkaria,sarkaria ini seperti mirasidum yang dapat berenang bebas dalam air, berbentuk seperti kecebong ,ekornya melurus dan meruncing pada ujungnya, berukurang kira-kira 500 mikron dengan badan agak bulat dengan berukuran 195 mikron x 145mikron. Badan sarkaria ini mirip cacing dewasa yaitu mempunyai batil isap kepala dan batil isap perut. Mirasidum atau serkaria yang dalam batas waktu tertentu belum menemukan hospes, akan punah sendiri. Serkaria dapat berenang dengan ekornya, atau merayap dengan menggunakan batil isap. Serkaria tidak menunjukan kecenderungan memilih tumbuh-tumbuhan tertentu untuk tumbuh menjadi metaserkaria yang berbentuk kista.
Tumbuh-tumbuhan yang banyak di hinggapi metaserkaria adalah Trapa, Eliocharis, Eichornia dan Zizania. Laporan peneliti-peneliti lain menyatakan bahwa tumbuh-tumbuhan seperti Nymphoea lotus dan Ipomoea juga di hinggapi metaserkaria. Bila seorang memakan tumbuh-tumbuhan air yang mengandung metaserkaria tanpa di masak sampai matang, maka dalam waktu 25 sampai 30 hari metaserkaria tumbuh menjadi dewasa dan dalam waktu 3 bulan di temukan telurnya dalam tinja.

B.             Patologi dan gejala klinis
Cacing dewasa fasciolopsis buski, melekat denan perantara batil isap perut pada mukosa usus muda seperti duodenum dan yeyenum. Cacing ini memakan isi usus, maupun permukaan mukosa usus. Pada tempat pelekatan cacing tersebut terdapat peradangan ,tukak (ulkus),maupun abses. Apabila terjadi erosi kapiler pada tempat tersebut, maka timbul pendarahan.
Cacing dalam jumlah besar dapat menyebabkan sumbatan yang menimbulkan gejala ileus akut. Pada infeksi berat, gejala intoksikasi dan sensitisasioleh karena metabolic cacing lebih menonjol, seperti adema pada muk, dinding perut dan tungkai bawah. Kematian dapat terjadi karena keadaan merana (exhaustion) atau intoksikasi.
Gejala klinis yang dini pada akhir masa inkubasi, adalah diare dan nyeri,uluhati (epigastrium). Diare yang mulanya di selingi konstipasi, kemudian menjadi persisten. Warna tinja menjadi hijau kuning, berbau busuk dan berisi makanan yang tidak di cern. Pada beberapa pasien, nafsu makan cukup baik atau berlebihan, walaupun ada yang mengalami gejala mual, muntah, atau tidak memiliki selera (semua ini tergantung dari berat ringanya penyakit).

C.             Distribusi geografis
Fasciolopsis buski adalah cacing trematoda yang sering di temukan pada manusia dan babi di RRC. Cacing ini juga dilaporkan dari berbagai negara seperti Taiwan, Vietnam, Thailand, India dan Indonesia.

D.            Diagnosis dan pengobatan
Sering gejala klinis seperti di atas di dapatkan di suatu daerah pada ademi, cukup untuk menunjukan adanya penderita fasiolopsiasis namun diagnosa pasti dengan menemukan telur dalam tinja. Morfologi telur Fasciolopsis buski hendaknya dapat bedakan dari telur cacing Fasciola hepatica, Gastrodiscoides hominis atau Echinochasmusperfoliatus.
Obat-obatan untuk trematoda usus hampir sama, yaitu tetrakloretilen, heksilresorsinol, dan praziquantel.



BAB III
PENUTUP

A.            Kesimpulan
Dalam membahas trematoda tentang trematoda usus (fasiliopsis buski) dimana perlu di ketahui bahwa Trematoda usus yang berperan dalam kedokteran adalah dari keluarga fasciolidae,echinostomatidae dan heterophyidae. dalam daur hidup trematoda usus tersebut,seperti pada trematoda lain,diperlukan keong sebagai hospes perantara I,tempat mirasidium tumbuh menjadi sporokista ,berlanjut menjadi redia dan serkaria.
Fasciolopsis buski adalah cacing trematoda yang sering di temukan pada manusia dan babi di RRC. Cacing ini juga dilaporkan dari berbagai negara seperti Taiwan, Vietnam, Thailand, India dan Indonesia.
Cacing dewasa yang di temukan pada manusia mempunyai ukuran panjang 2-7,5cm dan lebar 0,8-2,0 cm. Bentuknya agak lonjong dan tebal. Biasanya kutikulum di tutupi duri-duri kecil yang letaknya melintang. Duri-duri tersebut sering rusak karena cairan usus.batil isap berukuran kira-kira ¼ ukuran batil isap perut.




















DAFTAR PUSTAKA
3.       Drs. Salim, Ahmad.”Teori Keperawatan dan Ilmu kedokteran”. Bintang Timur. Jakarta selatan. Edisi ke 4. Tahun 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar